Sabtu, 28 Oktober 2017

After Two Years...

After two years doing nothing, hmmm... nggak doing nothing juga sih, maksudnya saya dan suami selama 2 tahun masih mikir santai banget soal anak, kami fokus untuk nyelesein koass dan internship. Disela-selanya yaa dipake jalan-jalan aja. Ngalir aja...

Emang orang-orang nggak ada yang nanyain kapan punya momongan? Ada laaah.. BANGET! haha.. Tapi yaa kita ngeles-ngelesin aja. Tapi kalo pikiran lagi gak enak ditanyain gitu kadang juga suka baper, pernah sekali waktu itu rasanya capek habis jaga IGD, ada janji ketemu temen-temen, eh di sela-sela ngobrol ada temen yang nyeletuk "eh kamu mah belum terbukti cewek, kan belum bisa hamil", sakit nggak tuh guys?! :(( Sampe rumah nangis-nangis doong, huhuhu...

Setelah curhat dan diskusi ke suami, akhirnya kami niat memulai program hamil, pertimbangan kita adalah biar bisa cepet-cepet ambil spesialis juga, biar nggak terlanjur keasikan sekolah. So, bulan Januari 2016 saya coba periksa ke dokter kandungan di Solo, karena waktu itu saya sedang internship di Boyolali, kota besar terdekat adalah Solo. Saya periksa di klinik Sekar Moewardi, dengan dr. Eriana, dokter kandungan konsultan fertilitas, beliau salah satu tim IVF di RS Moewardi Solo, yang sudah berdiri sejak tahun 2010. 

                                              dr. Eriana Melinawati, Sp.OG KFER 

Oleh dr. Eriana saya diperiksa darah lengkap (termasuk hormon) dan juga USG. Beliau bilang dari hasil USG nggak ada kista baru, ada sel telur tapi nggak bilang jumlahnya berapa. Beliau akan memutuskan program apa yang sebaiknya saya lakukan setelah hasil darah keluar.
Hasil pemeriksaan darah baru keluar 1 minggu kemudian. Tapi saya belum sempat ketemu lagi dengan dr.Eriana, karena termasuk susah juga appointment sama beliau, bentrok terus sama jadwal jaga di Rumah Sakit.

Pada bulan Februari, saya memutuskan datang ke Klinik IVF Morula di Jakarta. Awalnya saya mau periksa dengan dr.Ivan Sini, tapi nggak boleh langsung ke beliau, harus melaui tim nya dulu, dan diarahkan ke dr. Aryando Pradana. 

                                       dr. Aryando Pradana, Sp.OG


Hasil lab dari Solo saya tunjukkan ke beliau, dan beliau menyatakan bahwa AMH saya rendah atau poor responder, yaitu di angka 0.9 ng/ml (normal 2-3 ng/ml), tapi untuk hormon yang lainnya normal. Jujur, saya belum begitu paham tentang hormon itu, waktu kuliah kayaknya nggak pernah dijelasin atau waktu itu saya pas bolos (hahaa.. ngeles!). Dari hasil USG Transvaginal ada 3 sel telur. 
Setelah di USG saya tanya program apa yang sebaiknya dijalanin, doi bilang "Oke kalo ibu sudah siap, kita bisa mulai program bayi tabungnya" , dalam hati kaget banget lhah kok langsung bayi tabung.

Jadi, gini penjelasannya, AMH itu singkatan dari Anti Mullerian Hormon, sejenis hormon pertumbuhan (Growth Hormones) yang dihasilkan di organ testis (laki-laki) dan di indung telur (perempuan) tepatnya di folikel sel telur. Fungsi hormon ini apa? Jika pada laki-laki hormon ini akan berkurang dengan sendirinya di usia remaja, menurut penelitian hormon ini pada wanita merupakan parameter jumlah cadangan sel telur yang dihasilkan indung telur/ovarium, semakin tua usia kita, semakin berkurang kadar AMH nya, semakin rendah AMH semakin cepat perkiraan datangnya menopause. Kebalikannya, pada pasien PCOS, kadar AMH mereka sangat tinggi, sehingga pada tiap siklus, sel telur mereka akan sangat banyak tetapi dengan ukuran yang kecil-kecil. (sumber : AMH)

Nah pada kasus saya, AMH saya rendah disebabkan karena faktor eksternal, yaitu Laparoskopi. Iya, ternyata laparaskopi bisa menurunkan kadar AMH, bahkan penurunan ini dimulai dari 1 bulan setelah prosedur laparaskopi dilakukan. (sumber : AMH2)

Karena umur saya saat itu masih 25 tahun tetapi AMH saya sudah rendah, jadi dr. Nando memutuskan untuk ambil shortcut ke program Bayi Tabung, ditakutkan AMH saya akan terus turun. Bahkan ada penelitian menyebutkan, pasien dengan AMH rendah mempunyai keberhasilan bayi tabung yang lebih rendah dibandingkan dengan PCOS atau pasien normal. Kenapa? karena pasien dengan AMH rendah, mempunyai respon yang rendah terhadap stimulasi obat FSH (yang diinjeksikan saat proses bayi tabung). Wallahua'lam.

Saya dan suamipun setuju untuk melakukan program bayi tabung, dan memutuskan untuk pindah aja ke Jakarta biar lebih fokus. Pada bulan Juni kami memulai program ini.... Bismillahirrahmanirrahiimm....


to be continued.. :)


Apa itu PCOS?

PCOS (Poly-cystic Ovary Sindrome) adalah salah satu penyakit hormon reproduksi yang ditandai dengan :

- Haid tidak teratur (siklusnya panjang, kadang tidak haid dari 35 hari sampai 3 bulan), karena ovum tidak keluar
- Hiperandrogenisme (banyak rambut halus yang tumbuh, jerawatan)
- Folikel di indung telur > 12 dengan diameter kecil 2-9 mm, dan menyebabkan volume indung telur membesar > 10 ml.

Biasanya pasien dengan PCOS ini cenderung kegemukan dan mempunyai resiko diabetes. Walaupun folikelnya banyak, tapi belum tentu di dalamnya terdapat sel telur, ini yang menyebabkan haid nya tidak teratur.

Pasien PCOS cenderung memiliki kadar LH (Luteinizing Hormones) dan Estrogen yang tinggi, Jadi untuk pasien PCOS perlu diet rendah lemak, rendah gula dan menghindari makanan yang mengandung banyak estrogen.

sumber : PCOS PCOS2

Rabu, 25 Oktober 2017

The Journey Begins

Dimulai sekitar tahun 2010, saat saya masih kuliah di Semarang, gejala yang saya alami awalnya hanya rasa kaku dan nggak nyaman di perut bawah. Karena sering sekali kambuh, saya memberanikan diri untuk periksa ke dokter Penyakit Dalam (bagian pencernaan), karena saya kira masalahnya ada di pencernaan, lalu saya disuruh USG sama beliau.

Waktu saya di USG, dokter radiologinya tanya "Kalo menstruasi sering sakit ya?", lhah kok tau padahal keluhan utama saya bukan Dismenore (nyeri haid). Jadi memang sejak SMA, kadang suka ngalamin nyeri haid, tapi gak setiap bulan dan sakitnya masih bisa ditahan, jadi saya cuek aja, hehe.. jangan ditiru yaa :D

Setelah hasil USG keluar, saya balik ke dokter Penyakit Dalam, dan beliau bilang semua normal. Hmmm.. dalam hati ngerasa lega tapi pengen juga bilang "Really??". Dan si dokter ngasi resep obat, you know what, saya diresepin obat maag dan obat anti depresi, antara sebel sama geli juga sih.
Jadi memang di ilmu medis ada yang disebut penyakit Somatoform, ini salah satu penyakit gangguan jiwa, biasanya terjadi pada orang dengan berkepribadian cemas, ini gejalanya :

- Gejala fisik yang berulang disertai dengan permintaan ulang pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi dasar keluhannya. -

Mungkin beliau mikir diagnosis ke arah sini. Well, emang saya akui saya orangnya gampang cemas dan apa-apa dipikir hehe.. Tapi saya yakin something is wrong, karena 3 hari saya minum obat itu masih aja suka kambuh rasa gak enak di perut bawah. 

Setelah setahun berlalu, tahun 2011 saya mulai merasakan nyeri haid datang lebih sering, tapi sebenarnya haid saya datang teratur tanggalnya. Lebih berat gejalanya dari bulan ke bulan, tapi masih berkurang sakitnya dengan minum obat. Suatu pagi saya dan suami saya (waktu itu masih jadi pacar, lol!) iseng-iseng nyobain main sepeda di acara Car Free Day, dan saat itu saya lagi haid. Di tengah-tengah asik sepedaan, tiba-tiba perut sakit, saya coba tahan, sampai akhirnya tiba-tiba keringat dingin keluar, mual dan pandangan jadi hitam, alhamdulillah masih sempet berhenti naruh sepeda dan gak perlu jatuh dari sepeda, "ooo ini yang namanya mau pingsan". 

Sejak kejadian itu, tiap haid makin menjadi gejalanya. Jadi beberapa gejala yang saya alami :
 - nyeri perut, sakit sekali sampai nggak bisa berdiri tegak, dipegang orang aja rasanya mau marah
 - kadang terasa mual
 - kalau BAB sakit sekali, awalnya saat haid aja, tapi lama kelamaan walaupun nggak haid, BAB juga kerasa sakit

Baru pada tahun 2012 saya periksa ke dokter kandungan, dan dari USG ternyata ada kista di ovarium (indung telur) sebelah kanan dan kemungkinan ada endometriosis, dokter bilang kista akan hilang dengan sendirinya, kalau endometriosis beliau bilang "udah punya pacar? kalo udah cepetan nikah aja, kalo hamil nanti endometriosisnya sembuh sendiri". Glek! Haha...

Awal 2013 saya mulai merencanakan pernikahan, padahal saya dan suami saya waktu masih sama-sama koass, ya di sisi lain nyeri haid nya makin parah, minum obat udah gak mempan, sampai pernah minum morfin pun tetep aja sakit. Huhu..

Bulan Agustus 2013 saya menikah, di bulan September saya periksa lagi ke dokter kandungan, bukan dengan dokter yang dulu, dokter yang ini seriusan antrinya bikin stress pengen nangis, haha!, namanya dr. Syarif Taufik, praktek di RS Tlogorejo Semarang, beliau Konsultas Fertilitas. Disamping antrinya lama karena pasiennya banyak, tapi menurut saya beliau jago banget dan teliti.

                                          dr. Syarif Taufik Hidayat, SpOG KFER



Dan hasil USG nya ternyata ovarium sebelah kiri juga ada kista 4 cm dan kista kanan 6 cm, dan 2 kista ini lengket karena endometriosis, dan istilah medisnya "Kissing Cyst", gejalanya nggak seromantis namanya yaaah :'). Dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan kista dan pembersihan endometriosis.


Saya dan suami pun galau segalau-galaunya, dan kita cari second opinion ke Singapore, bukan karena gak percaya sama dokter di Semarang (serius dokter di Semarang itu pinter banget, cuma nunggu antriannya mesti sabar haha) dan dokter di Singapore ini dulu yang operasi Miom mama saya. Dokter di Singapore juga mendiagnosis hal yang sama. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk operasi di Singapore, melalui prosedur Laparaskopi.

                                      Ini hasil usg dan gambar dari dokter Singapore.



Kenapa harus dioperasi? Karena dari gejalanya sudah sangat mengganggu aktivitas, dan ditakutkan kalo dibiarin kista nya akan membesar dan pecah, karena ini bukan kista fisiologis yang bisa hilang sendiri, tapi ini kista cokelat (kista nya juga kena endometriosis, rumit yah huhuu).

Dari Laparaskopi, 2 kista diangkat tapi dokter nggak bisa bersihin endometriosisnya sampai bersih, karena sangat luas, sampai ke organ pencernaan (oh My God, pantesan kalo BAB sakit banget), jadi harus dilakukan Laparotomi oleh dokter bedah, dan dokter nggak terlalu menyarankan itu, beliau bilang start program kehamilan aja.

Setelah operasi saya diresepkan obat Sunolut (obat penghambat haid), 4 butir sehari selama... 6 bulan! Jadi saya nggak haid selama 6 bulan, ini untuk mengurangi gejala endometriosis. Efek sampingnya banyaaak, dari fisik dan mental hahaa.. Jerawat pada keluar, terutama di punggung, jadi lebih nafsu kalo makan dan lebih sering berantem sama suami, karena lebih sensitif dan mellow  jadinya, lol!

Dokter saya di Singapore namanya dr. THAM KOK FUN, beliau praktek di Gleneagles Hospital. Dia Obsgyn Konsultan Onkologi, jadi dia jago masalah kista, tumor, cancer gitu, tapi untuk kehamilan biasa juga bisa, saya rekomendasiin beliau banget deh, karena orangnya baik banget, gentle, ramah. Kalo ada yang mau berobat sama dia, email saya aja ya, nanti saya kasih contact nya.

                                                          dr. Tham Kok Fun


Kayaknya segini dulu yaa ceritanya, udah lumayan pegel euy ngetiknya hehe..
Oiya, nanti di bawah saya tambahkan penjelasan istilah-istilah medis yang belum saya jelasin di atas ya, semoga bisa membantu.
See you :)


Apa itu endometriosis?

Endometriosis adalah suatu kondisi dimana sel-sel mirip sel pada rahim tumbuh di luar rahim (di sisi luar rahim, di organ pencernaan, kandung kemih, tuba, indung telur, dll). Sel-sel ini mudah berdarah, dan mengalami peradangan yang dapat menyebabkan perlengketan antar organ. Penyebab dari penyakit ini adalah gagalnya imunitas tubuh dan ketidakseimbangan hormon (estrogen dan progesteron), penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik.

Gejalanya antara lain :
- nyeri di daerah pelvis/panggul saat haid atau di luar haid
- infertilitas
- nyeri saat BAB, BAK, nyeri saat hubungan seksual (tergantung dimana sel endometriosis ini tumbuh)
- darah haid sangat banyak
- kadang ada yang tidak bergejala

Pengobatannya antara lain dengan konsumsi obat hormon (progesteron) dan operasi.

Kenapa endometriosis bisa menyebabkan susah hamil? Karena peradangan dan perlengketan tadi dapat merusak sperma atau sel telur, dan menghambat pertemuan keduanya (jika perlengketannya terjadi di saluran tuba). Perlengketan dan ketidak seimbangan hormon yang terjadi juga mengakibatkan gagalnya penempelan embrio pada dinding rahim.
Jadi saran saya, kalo sering merasa nyeri haid dan darah haidnya banyak sekali, lebih baik segera periksa ke dokter kandungan ya. :)



Sumber : ENDOMETRIOSIS



Apa itu kista ovarium?

Kista adalah salah satu jenis tumor jinak, yang umumnya berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Sebenarnya ada banyak jenis kista, tapi yang saya alami adalah kista endometriosis atau sering disebut kista cokelat. Jadi sel endometriosis juga tumbuh di dalam kista ovarium saya.



Sumber : KISTA



Apa itu laparaskopi?

Laparaskopi adalah tindakan bedah invasif minimal, dengan menggunakan alat berdiameter kecil sebagai ganti dari tangan dokter untuk melakukan oprasi. Jadi perut di sayat 2-4 titik (tergantung kebutuhan), kira-kira 1-2 cm untuk masuknya alat. Jadi perut tidak disayat besar, kalau perut disayat besar disebut Laparatomi, ini untuk kasus-kasus yang mengharuskan lapang operasi lebih besar.






Introduction

Bismillahirrahmanirrahiim...


Akhirnya kesampaian juga bikin blog, sebenernya udah kepikiran dari dulu, cuma bingung mau mulai darimana, hehe...

Yuk ah kenalan dulu, saya Vika, 26 tahun. Basically, saya seorang Dokter Umum, tapi karena perjalanan hidup (yang akan share di blog ini) saya harus mengalah untuk tidak bekerja dan fokus untuk program kehamilan ini.

Saya akan share perjalanan program kehamilan saya dan kehamilan saya di blog ini, insyaAllah. Kenapa akhirnya saya memutuskan untuk mulai menulis blog, karena sudah beberapa teman yang support, dan beberapa ibu-ibu curhat tentang perjalanan program mereka, eh malah saya juga ikutan nangis pas dicurhatin, jadinya malah nangis-nangisan di telfon, bukannya ngasih semangat haha... Dan kadang saya bingung, takut salah dan tidak rinci kalo jawab pertanyaan ibu-ibu lewat chat atau telfon. Semoga blog ini bisa sedikit membantu dan memberi semangat.

Bagi para pembaca, thanks udah mau mampir ke blog saya.
InsyaAllah di setiap Bab cerita, akan saya lampirkan penjelasan dari sisi medis ya. Dan yang perlu diingat kasus saya tidak bisa disama ratakan dengan kasus lain, program atau terapi yang saya jalani belum tentu cocok dengan kasus yang lain. So, harus tetap konsultasi dengan dokter masing-masing yaa. Dan saya hanya manusia biasa, jika ada kesalahan dalam penulisan atau referensi, mohon kritik dan saran dari para pembaca.

Terimakasih.

Enjoy :)